Hari ketiga diawali dengan pergi ke komplek pantai di daerah Gunung Kidul. Disana terdapat deretan pantai yang dipisahkan oleh batu karang. Salah satunya adalah Pantai Siung. Menurut teman, Pantai Siung mulai ramai didatangi orang. Akhirnya, kami memilih untuk mendatangi pantai yang masih jarang didatangi, yaitu Pantai Sadranan. Perjalanan kesana memakan waktu 2 jam sambil menembus bukit yang berkelok-kelok. Pantai Sadranan indah! Pasirnya yang putih bermandikan birunya air laut. Di pinggirnya ada beberapa batu karang. Saat kami datang, pantai itu kosong! Serasa pantai pribadi. Kami pun bermain, berlari-lari, berenang, pokoknya suka-suka kami deh. Sayangnya, di bulan Januari ombaknya sedang kencang sehingga kami tidak berani bermain terlalu jauh dari bibir pantai. Ombaknya juga menjadi-jadi karena pantai tersebut langsung berhubungan dengan Samudera Hindia. Di tengah pantai terdapat sebuah batu karang. Kata teman saya, dia pernah berenang kesitu dan disana terdapat banyak terumbu karang yang indah. Sayang sekali saat kami kesana kondisi tidak memungkinkan untuk melihat terumbu karang itu. Lebih baik melihat terumbu karang di Google daripada mati terseret ombak ._.
Pantai Sadranan & kaki sepupu teman saya |
Pantai Sadranan |
Setelah menghabiskan waktu 2 jam disana, kami kembali melanjutkan perjalanan. Karena sepupu teman saya harus ke kampusnya dulu untuk presentasi, kami pun ikut kesana. Kami juga menyempatkan diri untuk mengisi perut disana. Karena uang mulai seret, kami memilih makan di warung harga mahasiswa di sekitar sana kekeke. Setelah itu, kami menuju Museum Ullen Sentalu yang terletak di daerah Kaliurang, dekat dengan Gunung Merapi. Museum Ullen Sentalu adalah museum seni dan kebudayaan Jawa. Selain itu, terdapat kisah-kisah tentang keraton jogja dan solo yang disajikan dalam lukisan, foto, dan patung. Bangunan museum ini didominasi dengan bebatuan yang dikelilingi pepohonan rimbun. Menimbulkan kesan mistis yang eksotis. Dalam setiap kunjungan, pengunjung diwajibkan ditemani oleh pemandu. Pemandu itu akan menceritakan tentang kebudayaan jawa, asal muasalnya, dan cerita tentang keraton. Tetapi, kisah keraton yang lebih ditonjolkan di museum ini adalah keraton solo. Benda-benda yang ditampilkan dikemas secara eksklusif dalam etalase kaca. Oh ya, di dalam museum ini dilarang mengambil foto untuk melindungi benda-benda tersebut. Kalau saya tidak salah ingat, sebagian besar benda peninggalan keluarga keraton disini adalah benda asli, bukan replika. Di akhir tur museum, kami diberi segelas minuman yang entah terbuat dari apa, yang jelas rasa minuman ini didominasi dengan rasa jahe. Resep minuman tersebut dibuat oleh salah satu putri keraton solo yang sangat cantik dan berbakat. Minuman tersebut dipercaya membuat peminumnya awet muda. Minuman tersebut tidak diperjualbelikan. Resepnya pun dirahasiakan. Sayang sekali ya padahal kalau dijual saya berminat ingin beli. Enak rasanya :9 Bisa menenangkan diri di saat lelah. Cukup menyegarkan kembali badan saya setelah lelah bepergian. Sayangnya, saat itu pemandu kami memandu tur kami dengan agak tergesa-gesa. Mungkin karena museumnya sudah mau tutup. Di akhir tur, karena kami masih belum puas dengan ceritanya kami pun menculik mbak pemandu tersebut dan menodongnya untuk bercerita lagi ahaha. Untung mbak pemandunya sangat baik dan ramah. Uang Rp 25.000,00 yang dikeluarkan untuk mengunjungi museum ini tidak sia-sia. Museum ini wajib untuk dikunjungi setiap ke Jogja! Tapi, belum banyak orang yang mengetahui museum ini. Dalam perjalanan menuju museum ini, papan penunjuk jalan pun hanya menunjukkan jalan menuju Museum Merapi. Padahal Ullen Sentalu ini tempatnya cukup terpencil.
Loket Tiket |
Karena saat itu sudah sore, tempat wisata banyak yang sudah tutup. Perut kami meraung-raung. Kami memutuskan untuk makan Bakmi Pak Pele di Alun-Alun Utara. Sampai disana, ternyata warungnya belum buka T.T Akhirnya kami jalan-jalan di pasar malam dulu sambil membeli jajanan untuk mengganjel perut. Pasar malamnya ramai sekali! Mungkin karena sedang liburan anak sekolah. Setelah keliling kesana kemari nggak jelas juntrungannya, kami mencoba mencari warung Pak Pele. Jeng jeng jeng! Warungnya sudah buka. Kami langsung menyerbu warung tersebut. Saya pesan bakmi godog (rebus). Saya lupa memfoto bakmi ini. Kebetulan, saat itu turun hujan deras. Perut saya yang meraung-raung ini diisi dengan hangatnya dan pedasnya mi godog Pak Pele. Nampol sih! Menurut saya, rasanya enak aja, bukan enak banget. Yang membuat bakmi godog nikmat adalah aroma arang yang dipakai untuk memasak mi tersebut melekat. Bakmi Pak Pele ini "kurang arang". Tapi bolehlah dicoba untuk temen-temen yang berkunjung ke Jogja.
Info :
Museum Ullen Sentalu
Jalan Boyong Kaliurang, Sleman, Yogyakarta
Tiket : Rp 25.000,00 (include guide & drink)
Bakmi Pak Pele
Alun-Alun Utara, Yogyakarta
Range harga : < Rp 25.000,00