Tuesday, July 10, 2012

Sugeng Rawuh Ning Yogyakarta (2)

Hari kedua di Jogja, kami berencana untuk pergi ke candi Budha yang baru-baru ini tercatat sebagai candi Budha terbesar di dunia dalam Guinness World Record, Candi Borobudur. Candi Borobudur itu terletak di Magelang, sudah keluar dari Jogja. Perjalanan kesana memakan waktu yang cukup lama. Harga tiket masuknya cukup mahal, yaitu 30ribu rupiah. Mahal sekali bung saya pikir. Tapi tak apalah asalkan uangnya digunakan untuk merawat candi ini. Demi memperkenalkan budaya Indonesia, terutama kepada turis mancanegara, seluruh pengunjung wajib menggunakan sarung batik yang dipinjamkan oleh petugas candi. Kami pun berjalan-jalan mengitari setiap lantai dan naik hingga lantai paling tinggi. Miris rasanya melihat candi ini. Candi ini bagus dan sangat berpotensi sebagai tempat wisata, tetapi banyak tangan usil yang tidak bertanggung jawab. Mereka tega mencoret-coret dinding candi. Banyak juga kepala patung budha yang hilang karena dicuri. Kayaknya tuh harus banget ya ngerusak tempat indah kayak gini dengan hal-hal nggak penting :( Miris ngeliatnya.

Pojok
Kami terjebak cukup lama di Candi Borobudur. Pertama, hari itu hari Jumat. Pengemudi mobil sewaan kami harus melaksanakan kewajibannya untuk sholat jumat sehingga kami harus menunggu sampai jam setengah 1 padahal kami sudah selesai dari sebelum itu. Kedua, ketika sholat jumat sudah selesai, tiba-tiba turun hujan yang sangat deras sehingga kami terjebak di halaman candi. Akhirnya kami menunggu hujan agak reda sampai kami basah kuyup karena berteduh di bawah pohon yang ala kadarnya. Jadwal kami mundur karena terlalu lama di Candi Borobudur sehingga ada beberapa tempat yang tidak sempat kami kunjungi :(

Akhirnya kami berhasil sampai ke mobil. Kami pun meronta dan mengamuk karena kelaparan. Ditambah lagi sebal karena kehujanan. Kehujanan di saat tidak ada persiapan membuat mood jadi jelek. Tanpa ba bi bu kami langsung menuju restoran Jejamuran yang terletak di Magelang juga. Restoran ini 100% menggunakan berbagai jenis jamur untuk masakannya. Jamur-jamur tersebut dimasak selayaknya daging atau ayam. Mereka menyajikan jamur tersebut dalam bentuk rendang, sate, tongseng, dan lain-lain. Kami memesan Jamur Goreng Potabelo, Jamur Bakar Pedas, Sate Jamur Kancing, Rendang Jamur, Jamur Goreng Tiram, dan Tongseng Jamur.

(kiri-kanan) (atas-bawah)  Jamur Goreng Potabelo, Jamur Bakar Pedas, Sate Jamur Kancing, Rendang Jamur, Jamur goreng Tiram, dan Tongseng Jamur.

ENAK. Cuma satu kata itu aja yang bisa mendeskripsikan semua makanan ini. Seriously, very worth to try! Rasa jamur-jamur itu berubah sesuai dengan jenis masakannya. Rendang jamur dan tongseng jamur rasanya seperti daging. Sate jamurnya pun rasanya seperti ayam. Di antara keenam menu itu, favorit saya adalah Jamur Bakar Pedas. Kekurangan makanan ini hanya satu, porsinya kecil hehehe. Untuk saya yang porsi makannya besar yaaa so pasti merasa kurang. Tapi harga per porsinya cukup murah. So far, Jejamuran ini recommended banget untuk dijadikan pilihan tempat makan kalau mampir ke Jogja :D

Ongkos makan bertujuh

Setelah mengisi perut, kami pun pergi ke Pasar Beringharjo. Kami tidak membeli apa-apa disana karena kami sudah belanja di Malioboro di hari pertama. Sekadar saran aja sih. Belanja di Pasar Beringharjo lebih enak daripada Malioboro. Dengan harga yang sama dengan Malioboro, kualitas barang di pasar ini lebih bagus. Selain itu, lebih beragam macam dan motifnya. Harganya pun lebih masuk akal. Karena kami batal mengunjungi Candi Prambanan, kami memutuskan untuk makan sate klathak. Balas dendam dengan makan lagi hehe. Di antara berbagai merk sate klathak, kami memilih Sate Klathak Pak Pong yang terletak di Jalan Imogiri Timur. Sate klathak itu adalah sate kambing yang hanya dibumbui garam. Tusukannya bukan tusukan kayu biasa, tetapi menggunakan besi. Biasanya berasal dari jeruji sepeda kekekeke. Tujuannya supaya dagingnya matang sampai ke tengah. Satenya pun besar-besar. Satu porsi hanya berisi dua tusuk dengan lima potong daging di setiap tusuknya. Selain sate, kami juga memesan tongseng. Harga satu porsi sate klathak Rp 12.000,00 dan satu porsi tongseng Rp 10.000,00. Sate ini beneran enak, bung! Aroma kambingnya benar-benar tidak terasa, baik di sate maupun tongsengnya. Dagingnya empuk,  tidak keras seperti sate kambing kebanyakan. Walaupun hanya dibumbui garam, sate ini tetap enak dan gurih. Yang membuat sate ini semakin nikmat adalah kami makan sate ini di saung pinggir sawah yang hijau sambil ditemani matahari senja. Teh tawarnya pun disajikan dalam teko dan gelas bermodel lawas. Nikmatnya dobel-dobel. Suasana itu memang tidak bisa dibeli :)

Sawah, sate, dan segelas teh

Sate klathak pun habis. Saatnya melanjutkan perjalanan. Kami bertujuh penasaran dengan Raminten. Itu lho, tempat makan yang pemiliknya sama dengan pemilik Mirota, pria yang suka berpakaian seperti wanita jawa, memakai kebaya, bersanggul, dan bersepatu hak tinggi. Entahlah apa maksudnya ._. Pelayan di Raminten ini pakaiannya lumayan seksi. Wanitanya memakai kemben jawa. Raminten itu memang sangat terkenal. Waktu kami kesana, tempatnya penuh sehingga harus waiting list. Suasana tempat itu pun mistis gimana gitu. Remang-remang, bau kemenyan atau dupa ya, pokoknya mistis deh. Tempat itu juga dihiasi oleh dekorasi adat jawa. Bahkan di halaman depannya ada kereta kuda seperti yang kami lihat di keraton. Intinya tempat itu suasananya mistis sih. Untung ramai pengunjung, jadi saya nggak deg-degan. Coba kalo sepi... Nggak deh makasih... Walaupun suasananya mistis, entah kenapa tempat tersebut nyaman dijadikan tempat untuk ngobrol ngalor ngidul berjam-jam. Karena kami sudah kenyang (menurut ngana, makan jejamuran dan sate klatak berturut-turut), kami pun hanya memesan minuman ringan dan snack untuk ramai-ramai. Harga makanan dan minuman disana cukup murah, tapi saya lupa berapa kekekeke. Yang unik bin nyeleneh dari tempat ini adalah Raminten menyajikan susu murni dalam gelas yang berbentuk (maaf) dada wanita hahahaha. Tapi hanya satu bagian, bukan dua-duanya. Saya nggak mau masukin gambar ah nanti dianggap tidak semeronok. Untuk rasa, yaaa rasa minumannya sih standard. Waktu saya datang banyak menu yang sudah sold out. Teman saya merekomendasikan satu menu. Sayangnya, menu tersebut juga sudah sold out. Jadinya saya hanya pesan minuman yang standard saja. Saya lupa saya pesan apa :P

Info :
Candi Borobudur
Magelang, Jawa Tengah
Tiket : Rp 30.000,00

Jejamuran
Jalan Magelang KM 10, Yogyakarta

Sate Klathak Pak Pong
Jalan Imogiri Timur KM 7, Wonokromo, Bantul, Yogyakarta
Range harga : < Rp 20.000,00

House of Raminten
Jalan FM Noto 7, Kotabaru, Yogyakarta
Range harga : < Rp 20.000,00

No comments:

Post a Comment